BUDIDAYA TANAMAN KENTANG


Kentang merupakan tanaman pangan utama keempat di dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Produksi kentang di Indonesia sudah berkembang sangat pesat, sehingga menjadikan Indonesia sebagai penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara. Tanaman kentang dapat tumbuh di ketinggian lebih dari 1000 m dpl. Suhu rata-rata harian yaitu 15-20? dengan kelembaban udara 80-90% dan curah hujan antara 200-300 mm per bulan

 Budidaya kentang yang benar dan tepat akan menghasilkan kuantitas serta kualitas yang baik, sehingga nilai jual pun akan ikut meningkat. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diperlukan dalam budidaya kentang adalah sebagai berikut:

 Pemilihan Lahan

Dilakukan agar diperoleh lahan yang dapat mendukung produtivitas tanaman kentang yang optimal, tanah subur dengan lapisan top soil yang cukup, ketersediaan sumber air yang cukup, bukan sumber penyakit tular tanah, drainase baik dan tidak menyalahi kaidah konservasi tanah dan air. Lahan siap ditanami dan tebebas dari gangguan fisik dan biologis, sebagai media tanam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kentang serta memungkinkan pertumbuhan perakaran dan umbi berkembang secara normal dan optimal 

Pengolahan Tanah

Dengan cara mencangkul/membajak tanah sedalam 30 cm hingga gembur, dibiarkan selama 15 hari untuk memperbaiki sirkulasi dan aerasi tanah serta menghilangkan gas beracun dan panas hasil dekompsisi sisa tanaman. Tanah dicangkul kembali sampai bena-benar gembur, kemudian diratakan. Garitan dibuat dengan kedalaman 7-10 cm. Jarak antar garitan 70-80 cm. Pada lahan miring, garitan dibuat melintang dari arah kemiringan lahan. Bila lahan berupa lahan lereng maka diperlukan manajemen konservasi lahan yang baik, misalnya penanaman pohon penguat pematang/tanaman pagar (hedging) dan teknik terasering, pembuatan parit tegak lurus arah kemiringan untuk mengurangi erosi, lakukan aplikasi pemupukan yang tepat berdasarkan hasil analisis tanah serta peningkatan bahan organik tanah dan menghindari pemadatan tanah 


Penanaman, Pemupukan Dasar dan Penyulaman

Dilakukan agar benih ditanam dengan benar, tersedianya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman secara optimal, dan penggantian tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhan tidak normal. Bibit yang diperluakan  bila jarak tanam 70x30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm.

Pupuk  organik yang sudah matang dan terdekomposisi dengan baik sebanyak 10-15 ton/ha, dicampur pada tanah bedengan  atau pada lubang tanam kurang lebih 7 hari sebelum tanam. Pupuk organik (SP-36 400 kg/ha) diberikan pada setiap lubang tanam. Benih dan pupuk ditimbun dengan tanah dan membentuk gundukan setinggi 10 cm dari permukaan tanah.

Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.

Pengairan

Dilakukan agar terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman dan membantu penyerapan unsure hara tanaman. Air dihisap dan dialirkan dari sumber air dengan menggunakan pompa air melalui selang ke areal pertanaman (sistem leb/geledeg) dengan mengairi selokan sampai areal lembab. Pengairan dilakukan secara rutin sesuai kebutuhannya.


Pemasangan Ajir/Jurus (bila diperlukan)

Untuk penyangga tanaman agar pertanaman mendapat sinar matahari yang optimal dan tidak rebah tanpa melukai dan mengganggu pertumbuhan tanaman kentang. Membuat ajir dari bamboo yang dibelah dengan ukuran panjang 70-80 cm, lebar 2-3 cm, kemudian ditancapkan per tanaman dengan jarak 5 cm dari tanaman. Tanaman diikat ke ajir menggunakan tali plastik 

Pemupukan Susulan dan Pembubunan

Dilakukan untuk menambah kebutuhan hara tanaman kentang dalam pertumbuhannya dan membentuk/meninggikan guludan agar perakaran dan umbi kentang dapat tumbuh optimal. Tanaman berumur 21 hari dilakukan penyiangan kemudian dipupuk dengan pupuk Urea sebanyak 165/350 kg dan KCL sebanyak 100 kg diberikan ke dalam lubang yang jaraknya 10 cm dari batang tanaman kentang. Kemudian dilanjutkan dengan pembubunan I. Setelah tanaman berumur 45 HST ditambah pupuk Urea dan KCL masing-masing dosis 165/365 kg dan 100 kg. Aplikasi pupuk cair 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran. Tanaman kentang berumur 35-40 HST dilakukan pembumbunan II dengan mencangkul tanah diantara guludan (parit) dan dinaikkan ke atas guludan sebelah kanan dan kiri parit.

Penyiangan, Sanitasi dan Pemangkasan

Dilakukan untuk menjaga kebersihan kebun dan kesehatan tanaman serta menghindari terjadinya rebutan unsur hara tanaman. Penyiangan dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi. Penyiangan dilakukan secara kontinue, minimal 2 kali selama masa penanaman, sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan pembumbunan. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 20-30 HST. Gulma dibenamkan diantara guludan sedangkan sisia tanaman yang sakit dimusnahkan ditempat yang terpisah. Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara tanaman.

 


Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Dilakukan agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan guna mempertahankan produksi tanaman kentang. Pengamatan dan identifikasi terhadap OPT secara berkala pada tanaman. Tentukan tindakan yang perlu segera dilakukan sesuai dengan jenis OPT, pengendalian dengan konsep PHT (ramah lingkungan). Penanganan benih kentang di gudang penyimpanan dan sebelum tanam (pelumuran/coating benih dengan Trichoderma dan mikroba lainnya. Solarisasi tanah seelah selesai diolah selama 3 minggu. Perlakuan tanah, siram atau semprot Trichodrma sp, 5-10 ml/l air dengan nozel kasar dipermukaan bedengan merata sebelum tanaman sebagi Soil treatment, untuk mencegah pathogen berkembang dan menyerang tanaman.

 

Demikianlah langkah-langkah dalam budidaya tanaman kentang yang benar  dan tepat sehingga menghasilkan kuantitas dan kualitas kentang yang baik.

Komentar